Sabtu, 18 Agustus 2012

Selamat Hari raya Idul Fitri!


Aku. 6 tahun yang lalu. Duduk bersimpuh dengan gaun putihku. Termangu menatap wajah pucat yang sedang terbaring kaku di hadapanku. Meneliti setiap lekuk dan kerut yang ada di wajahmu dengan tajam, seolah pandanganku dapat menusuk wajahmu dan mengoyaknya tanpa ampun.

Kau, dengan senyum tipis yang tampak sangat rapuh. Seakan hembusan lembut nafasku dapat meruntuhkan senyum tulusmu itu sekejap mata. Kerutan di keningmu, yang selalu menegang setiap kali kau memarahiku karena aku sering kabur untuk bermain hujan, tampak merenggang. Jari jemariku yang sedari tadi asik memilin pita di gaunku, mengelus pipimu yang kini kulitnya lembek, akibat kerutasn yang timbul seiring bertambahnya usia. Hawa dingin menggelitik telapak tanganku. Aku bergidik.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan yang penuh dengan lantunan bacaan ayat-ayat suci yang menggema memenuhi gendang telingaku. Beberapa saudaraku tampak menangis tersedu-sedu. Mata mereka memerah, kantung matanya membengkak, dan wajahnya tampak layu. Begitu juga dengan kedua orang tuaku. Walaupun mereka hanya sesekali menitikkan air mata, namun aku dapat melihat jelas kesedihan yang mendalam dari wajah mereka.

Aku mengalihkan pandanganku kembali. Menatap lurus-lurus ke kedua matamu. Seolah meminta keterangan, padahal dengan jelas aku melihat kedua kelopak matamu terpejam begitu erat seolah tak ingin membuka. Tak ada satu patah kata pun yang terucap. Pertanyaan yang sedari tadi ingin kuucapkan pun kini enggak meluncur keluar dari mulutku. Ia hanya mampu menyeruak dalam hatiku. Memenuhi dinding hatiku, memacu agar jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Keringat membasahi telapak tanganku yang sejak tadi ku kepalkan. Mendadak kepalaku berat, pandanganku kabur, dan tidak lagi kurasakan tubuhku tegap dengan sempurna.

Aku rubuh.

Dengan sekuat tenaga, kuusahakan mengucapkan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah jelas aku tahu apa jawabnya.

"Apa yang terjadi?"

Dan mataku terpejam, seolah mengiringi kepergianmu ke surga.

***

Bahagiaku, sederhana. Sesederhana saat kau mendekap tubuh mungilku erat setiap kali aku datang mengunjungi rumahmu. Sesederahan saat kau melarangku membeli permen karet, dengan alasan bahwa aku masih kecil. Sesederhana saat kau memanggilku dengan sebutan "Si gadis lincah" karena sifatku yang over aktif sehingga susah untuk diam.

Ingatkah kau, saat kita tidur di bawah hitamnya awan malam dan di tonton oleh jutaan bintang? Saat mata kita tak dapat tepejam, di hantui dengan rasa takut akibat gempa kuat yang baru saja melanda. Saat itu, hanya sepi yang menemani kita. Binatang malam pun enggan mengganggu keheningan malam itu.

Saat itu, yang terpikirkan olehku, seorang gadis berumur 7 tahun, bagaimana jika aku kehilanganu? Bagaimana jika malam ini menjadi pertemuan terakhir kita? Jika iya, apakah bisa malam ini menjadi malam yang sangat panjang? 

Dan, keesokan harinya, aku sangat bersyukur saat melihat senyumanmu mengiringi bangun pagiku. Dan seketika itu juga, seluruh ketakutan yang berkecamuk dalam otakku dapat menguap tak berbekas.

Namun, begitu hebatnya kepergianmu dapat menghapuskan kata bahagia dalam hidupku seketika itu juga. Entah apa saat itu yang kupikirkan, tapi aku sangat tidak mengerti apa yang terjadi. Aku berpikir, saat itu kau sedang tertidur dengan pulas tanpa menghiraukan panggilanku. Aku berpikir, bahwa esok pagi aku dapat kembali melihat senyum hangatmu itu. Tapi.... di usiaku yang 13 tahun saat ini, aku mengerti. Aku mengerti bahwa saat itu adalah pertemuan kita yang terakhir. Aku mengerti bahwa saat itu, kau akan pergi meninggalkanku, meninggalkan dunia, meninggalkan semuanya.

Dan, kini aku mengerti, bahwa kematian merupakan hal yang pasti. Dan kehilanganmu merupakan hal yang akan terjadi. Dan hal itu terjadi... 6 hari setelah kita bertemu, merayakan hari lebaran yang merupakan hari saat kita kembali menjadi suci. Saat kita saling bermaaf-maafan, saat kebersamaan begitu kental terasa.

Saat itu, aku belum mengerti apa-apa. Jadi, tidak ada yang dapat kuucapkan saat itu. Dan, ku putuskan untuk mengatakannya sekarang... Walaupun terlambat, daripada tidak...

Terimakasih, atas kasih sayang yang tulus kau berikan kepadaku.
Terimakasih, atas seluruh waktu yang kau berikan untuk bermain bersamaku.
Terimakasih, karena kau sempat hadir dalam hidupku.

Hari itu, 1 September 2006. Pertemuan terakhir kita...

Untuk seseorang yang sangat ku sayangi, 
Untuk seseorang yang senang memanggilku dengan sebuatan "Si gadis lincah"...

Nenekku, Alm. Hj. Nurma

Terimakasih atas segalanya...

***

Assalamu'alaikum...

Karena hari ini merupakan hari terakhir puasa, aku cuma mau mengucapkan

Minal Aidin Wal Faidzin, Selamat hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1433 H! Mohon Maaf lahir dan batin!!!  Maaf untuk semua kesalahanku, baik yang di sengaja ataupun tidak.

Btw, yang di atas merupakan kisah semi nyata. Soalnya aku juga agak lupa kenangan aku dengan nenekku.  Mungkin... Cuma khayalanku. Just share, aku ingat karena ini udah mau lebaran.

Yang mudik, hati-hati ya! Jangan lupa bawa hatinya. Hati yang kosong siapa tahu bisa terisi di perjalanan mudik. Just sayin aja sih... Tapi jangan sembarangan! Jangan coba-coba! Karena, untuk anak GAK BOLEH COBA-COBA!



Wassalam!

Achtset83!

Assalamu'alaikum!!!

Kalo tahun lalu gue bahas tentang kelas 71, sekarang gue mau bahas tentang kelas yang gue tempati sekarang, 83.

Awalnya pas masuk ke kelas ini, gue ngerasa masuk ke dalam kandang singa. Terutama pas liat anak-anak cowoknya. Gila! Anak-anak cowoknya bedaaa... Banget sama anak-anak cowok pas gue di 71. Di sini anak-anaknya agak brutal, isengnya kelebihan, dan menyebalkan pastinya. Kalo dulu pas gue kelas 7, anak-anak cowoknya dominan anteng, diem-diem doang. Dan gak se-menyebalkan anak cowok 83. 

Hari pertama aja gue udah di gangguin, *seperti yang udah gue ceritain di postingan yang sebelumnya* dan untungnya di hari selanjutnya gue udah gak di gangguin lagi-___-

Ada hal yang gue gak suka dari kelas ini. Gue merasa asing. Asing dalam artian bukan berarti gue gak mau berbaur. Sama sekali bukan. Gue kayak gak di anggap. Misalnya, waktu itu ada tugas kelompok. Kebetulan juga, pembagian kelompoknya yang ngatur ketua kelas. Jadi mau gak mau gue harus terima.

Nah... Ternyata, tepat di hari pas kelompoknya dikasih tau, kelompok gue ternyata pada kerja kelompok, tanpa ngasih tau gue! Gue mau jujur, sebenarnya gue tau mereka kerja kelompok. Tapi, gue males aja dateng, terus ikut-ikutan. Mana mungkin gue langsung nimbrung gitu? Kesannya kayak jelangkung, datang gak di undang. Lagipula, gue juga hari itu ada les, jadi walaupun mereka bilang ke gue, gue juga gak mungkin bisa. Dan itung-itung santai sedikit... Karena kalo di kelas 7, biasanya kalo ada kerja kelompok, gue selalu berperan penting-___- *peran penting, atau babu kelompok?*

Gue sih taunya pas gue pulang les. Kebetulan lesnya di sekolah, di kelas 7 yang ada di lantai 4. Nah, mereka kerja kelompok di depan kelas gue, di lantai 3. Pas mau pulang les, gue liat, tapi langsung aja ngacir ke bawah. Huehehe...

Pas nunggu di jemput Ibu gue, gue nengok ke lantai 3. Temen-temen gue yang lagi kerja kelompok itu lagi berdiri di balkon depan kelas gue yang emang agak condong sedikit ke depan--susah dijelaskan. Gak tau dia ngeliat gue atau enggak. Tapi semoga aja ngeliat gue yang lagi nyengir seneng ke mereka. Huehehe... Dan sampai sekarang, gue gak ngeluarin tenaga + dana sedikit pun untuk tugas ini. Walaupun gue kecewa berat sama hasil tugasnya... 

Oh ya, judul postingan gue ini nama kelas 83. Ya, Achtset. Denger-denger sih, itu campuran antara bahasa Korea dan Jerman yang artinya 'delapan tiga'. Perasaan artinya 83 juga tulisannya ribet banget-__-

Dan lagi-lagi, saat menentukan nama kelas ini, gue gak dihiraukan sama sekali. Mereka bisa-bisanya ngomong kenceng-kenceng di depan gue, ngebahas nama kelas TANPA nanya ke gue, atau nanya usul gue. What a joke!

Untuk belakangan ini sih, keadaan udah membaik. Ya, hubungan gue dengan anak cowok juga udah damai. Mereka juga udah gak iseng dan annoying lagi. Semenjak gue jadi bendahara-___- yang jelas, dengan terpaksa gue jadi bendahara karena dipaksa sama wali kelas gue yang menyebalkan minta ampun. Karena itu juga gua banyak ngomong ke anak-anak lain, walaupun sekedar minta uang kas.

Sekali lagi, gue di paksa jadi bendahara. Gue sama sekali gak mau jadi bendahara!!! Selain gue males jadi pengurus kelas, bendahara itu tanggung jawabnya besar. Kalo uangnya hilang, yang ganti gue. Kalo mau beli keperluan kelas, yang pergi gue (Walaupun sekarang anak-anak laki-lakinya yang di suruh pergi beli ;p)

Btw, sebelum libur, sekolah gue kedatangan gubernur DKI Jakarta. Gua sih gak tau dia mau ngapain, tapi satu sekolahan sibuk bersih-bersih. Gue cukup excited, karena walaupun hari-hari biasa kita saling diem, anak-anak kelas gue bisa saling bantu dalam hal bersih-bersih ini. Walaupun awalnya agak canggung, tapi lama-lama asik juga. Gue juga udah gak segan ngebantu anak-anak cowok yang dengan nekad bersihin jendela kelas bagian luar! Mereka keluar gedung, terus ngelapin kacanya! Gue sempet ngeri, tapi mereka nekad abis. Hahaha... Yang penting sih bukan gue yang ngelakuin itu, dan terlebih lagi satu kelas bisa kompak! Love moments like that!

Selain itu, gue juga suka karena sense of humor anak-anak cowok kelas gue cukup tinggi. Gue jadi gak bosen banget di kelas. Karena, ada anak cowok yang kadang gak takut nyeletukin guru yang lagi ngejelasin pelajaran. Hahaha...

Segini dulu deh. Sebenarnya postingan ini udah lama tinggal di draft dan baru sempat diselesaikan sekarang. Dan, gue cuma berharap bisa betah di kelas yang baru, dengan teman-teman yang baru dan bisa menerima sifat-sifat orang-orang yang baru gue kenal kelas 8 ini.

Oh ya, ngomong-ngomong, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan!



Wassalam!

Jumat, 10 Agustus 2012

Persahabatan! ☮

Assalamu'alaikum!!!


Permisi... Gue balik lagi...

Ngomong-ngomong, ini isi draft yang waktu itu. Gue males ngeditnya. K?

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Whoa! Banyakkk banget kejadian yang udah terjadi selama gue menghilang. Mulai dari yang baik, dan yang kurang baik. Mulai dari yang menyenangkan, sampai menyedihkan. Tentang cita-cita, janji yang terpaut, persahabatan, pertemuan dan perpisahan. Perasaannya pokoknya campur aduk. But, behind it all, is surely a lesson!

Semenjak di SMP, gue udah mulai serius belajar. Mulai serius sama semuanya. Dan sayangnya, di SMP pula gue jadi sedikit introver, weird dan sebagainya. Terutama, prinsipil! Udah, akuin aja kalo gue aneh. Hahaha :)

Udah ah, lanjut ke topik. Kalian pasti pernah punya sahabat? Iya kan? Pernah gak sih, kalian bikin janji-janji dengan sahabat kalian itu? Misalnya, "Kita harus saling terbuka. Kalo ada masalah, cerita." Atau juga bisa, "Jangan ada yang ngomongin satu sama lain di belakang."

Macam-macamlah ya... 

Tapi, sekali lagi diingatkan, jangan pernah sangat percaya sama sahabat kalian itu. Kasih tau apa yang kalian pikir perlu atau pantas untuk di kasih tau aja, jangan lebih. Sahabat kalian manusia kan? Everybody makes mistakes! Namanya juga manusia, pasti bisa diganggu setan. Bisa aja sahabat kalian 'menyembunyikan' sesuatu di belakang kalian. Atau 'membongkar' rahasia kalian yang udah kalian simpan serapat mungkin. 

Tapi kok ini agak gimana gitu ya postingannya... Kok gue kayak bikin rusuh gitu ya... Menghasut-hasut gitu-___-

"Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya."

Salah satu kutipan manis yang aku temuin di novel yang berjudul 'Refrain'. Kutipan sederhana, tapi manis. Dan, sekarang, coba baca ulang. "Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini." Satu poin! Dan, itu emang benar kan? Persahabatan itu kayak sebuah jalan. Gak mungkin lurus aja. Pasti ada keloknya. Gak mungkin selalu mulus, pasti ada lubang atau bagian yang rusak. Dan jalan berlubang itu paling-paling baru di benerin kalo orang-orang pada mau mudik pas lebaran, kan?

Yang terakhir, anggap aja gak ada ya. Gue nulis itu cuma buat manjang-manjangin tulisan kok :|

Begitu juga 'kisah' persahabatan yang gue alami pas SMP ini. Panggil aja Caca.

Caca ini anaknya sejenis sama gue. Weirdo? Emang. Gak famous? Emang. Skeptis, gak peduli dengan lingkungan sekitar, kutu buku? Emang. Karena banyak kesamaan itulah, pas semester kedua gue memutuskan buat duduk bareng dia.

Tapi, mungkin gue juga bisa dibilang beda sama dia. Dia terlalu egois, tidak peka, tidak pernah berfikir sebelum bicara, dan satu-satunya yang dia pikirkan itu cuma "Belajar, nilai, rangking!"

Waktu gue baru ketemu sama dia, dia pernah bilang, "Kalo aku sih, sekolah ya belajar. Gak peduli mau punya temen atau enggak. Dateng, belajar, pulang!" ucapnya gamblang.

Gue yang dulu ikut-ikut-aja, cuma mengiyakan. Fyi, dia itu anak yang paling pertama menghilang setelah bel pulang bunyi. Anak yang paling gak betah di sekolah. Anak yang paaaalllliiiinggggg... Bisa sendiri. Tanpa teman.

Cuma mementingkan individu. Asalkan masalah dia beres, semua clear. Selesai. Gak peduli apakah cara yang dia pake itu baik, atau justru merugikan orang lain. Dan ini nih... Yang bikin orang-orang menghindar.

Pas di akhir semester, banyak yang ngeluh kalo si Caca ini egois banget. Masalahnya sih, biasa. Pelit kasih contekan, kalo ditanyain, jawabnya gatau. Atau enggak nanya balik. Atau enggak pura-pura gak denger. Kalo dia nanya, selalu aja dia desak buat jawab. Kalo enggak? Dia bakal nanya ke orang lain. Sampai dapat! Err... How annoying people like her ya-___-

Setiap tugas kelompok, selalu dia yang ngatur. Sampai pembagian tugas juga. Dia selalu memberikan tugas yang gampang buat dirinya sendiri. Giliran yang susah, dia kasih ke yang lain. Yang penting, tugas dia selesai. Tugas orang lain? Sebodo amat!

Dia juga gak pernah percaya sama gue! Kalo dia nanya, dan gue jawab, dia pasti selalu nanya, "Tau dari mana?" atau, "Yakin?" kalo gue bilang "Mikir sendiri." atau "Pendapatku.", dia pasti bakal nanya ke orang lain. Mencocokan jawaban gue dan orang lain itu. Dan ya, sasarannya selalu Alya. Temen gue yang paling baik! Baiknya astaga banget deh! Gak pernah nolak permintaan orang lain. Itu yang gue benci dari orang yang terlalu baik, bisa seenaknya diperalat sama orang lain.

Yang gue heranin, dia selalu ngikutin gue. Sampai hobi gue, nulis, dia ikutin! Bukan masalah dia juga suka nulis juga sih, gue malah senang, ada temen yang juga sama hobinya sama gue. Tapi cara yang dia pakai itu, gue benci!

Dia suka nanya-nanya soal penerbit. Setiap gue tanya "Mau ngirim naskah ya?" selalu di balas, "Enggak kok, cuma nanya aja." Suatu hari, dia pernah bawa sebuah jilidan yang tebel banget. Pas gue tanya, dia jawab itu tugas kakaknya. Untungnya pas dia buka-buka, gue ngeliat. Dan betapa terkejutnya gue, yang dia pegang itu adalah naskah! Dan selama ini gue dibohongin!

Puncaknya, semua anak udah tau kebusukan dia. Dan mereka pun semakin lama ninggalin dia. Berkubu dengan gue. Hahaha... Awalnya sih, gue gak suka. Soalnya, kasian aja. Lagipula gue lebih suka kalo masalah masing-masing yang diselesaiinnya juga masing-masing. Gak usah berkelompok lawan 1 orang gitu juga-___-

Dan, semakin lama, gue ninggalin dia. Gue diam terus, males ngomong sama dia yang cuma ada kalo lagi butuh gue, dan ngilang begitu aja kalo gue butuh dia. Dan, untungnya dia juga mulai gak ganggu gue lagi. Mulai gak nanya-nanya lagi. Dan kita terus begitu sampai naik kelas.

Pas terima rapor, dia dapat rangking 1. Gue bener-bener kaget, pas dikasih tau info itu, anak-anak sekelas pas nyorakin sambil ber-'Huuuu....' ria. Mereka pada bilang, "Kenapa harus dia sih yang rangking satu? gak adil! Dia kan curang!" ada juga yang bilang, "Kenapa harus dia yang rangking 1? Siapa aja kek yang rangking 1, gapapa, asalkan jangan dia!" sampai Bu Asna--walikelas gue--marah. Etdah, ini kok pada segitu bencinya sama dia? *Padahal dalam hati gue juga ikut menyoraki kata yang sama ;p*

Selisih nilai rata-rata gue sama dia cuma beda 0.1. Dia 8.5 dan gue 8.4. Gue ketawa dalam hati. Untuk kedua kalinya, gue duduk sama orang yang cerdas. Dan gue cukup bangga! Merangkap benci sih-_-

Puncaknya, dia kayak nyindir gue gitu lewat BBM. Dia bilang, "Cie, yang rangking 2..." Dia selalu begitu, kalo posisi dia di atas gue. Kalo dia di bawah gue? Gak terima, langsung ngecek tugas gue, siapa tau gurunya ngoreksinya salah. Yah mungkin bagi orang macam dia, nyindir dikategorikan sebagai pujian, jadi bisa diucapkan secara gamblang, jelas dan tanpa pikir panjang. Gue pun mulai nyerocos, ngeluarin semua unek-unek gue selama 1 Semester. Gue nyuruh dia buat intropeksi, dan dia bilang, "Aku udah intropeksi, tapi tetap gak nemu kesalahanku. Jadi, kalo kamu gak ngasih taum kemungkinan besar aku gak akan berubah."

Terus gue harus bilang WOW, begitu? 

Gue jawab aja, "Your point! Kamu selalu ngerasa gak bersalah, walaupun sebenarnya kamu itu salah. Selalu ngerasa diri kamu benar. You get one point!" balas gue, bangga.

Dan setelah itu, dia bilang dia minta maaf, dan gak mau bahas ini lagi. Dia gak mau liburan dia diganggu. Oke! Gue juga gak bermaksud ganggu liburan dia kok. Gue cuma mau ngasih tau kekesalan gue!

Tapi... Sekarang gue udah kembali seperti biasa loh sama dia. Ingat, gue, cuma gue. Kalo anak-anak lain, gue gatau deh. Gue udah ngobrol lagi sama dia... Walaupun gue akui agak sedikit canggung. Kalo ketemu biasanya gue nyapa, sekarang cuma senyum atau pura-pura gak lihat. Gue... Sangat kecewa. Dia udah ngancurin kepercayaan gue sama dia.

Padahal, dulu gue dan dia pernah janji, kalo kita bakal belajar dengan serius, lolos tes, dan latihan... Dan jadi peserta olimpiade Mipa. Pegi ke Korea, bareng.

Gue gak tau kenapa bisa punya impian kayak gitu, Bodo amatlah, namanya juga mimpi. Gak selalu masuk akal.

Gue rada versalah juga sama dia, karena di saat dia kebingungan nyari tau kesalahan dia apa, dan gue bukannya ngasih tau malah diam aja ngejebak dia. Ya, padahal gue tau beberapa hal harus diberitahu, baru mengerti kan? Tapi gue juga mau dia know the truth herselves. Makanya, akhirnya gitu.

Tapi... Banyak yang bilang dia selama di kelas 8 berubah. Lebih ramah, lebih baik dan sebagainya. Perasaan menyesal gue rada mencair, dan gue cukup bangga sama dia. Dia bisa memperbaiki kesalahan dia dan belajar dari masa lalu. Tapi gue tetep gue yang begini, malah mungkin semakin buruk...

Jadi... Gue cuma mau bilang sekali lagi, kalo gak ada persahabatan yang sempurna di muka bumi ini. Yang ada hanyalah orang-orang yang berusaha sebisa mungkin mempertahankannya. So, jadilah orang-orang yang mempertahankan persahabatan itu. Karena, sahabat itu susah di cari. Sama seperti hati. Gak selalu cinta pertama itu bakal bertahan sampai akhir. Untuk itu, kita harus mencari, hingga menemukan hati yang tepat. 

Dan Cinderella pun hidup bahagia dengan pangerannya. *Gak tau kepengen aja nambahin kalimat seperti ini*

Dan untuk 'dia', orang yang sekarang sudah menjadi orang yang lebih baik lagi, kalo lo baca, gue minta maaf  ya :D




Wassalam!

Come and Go

Assalamu'alaikum...

Udah berapa bulan blog ini nganggur? Udah berapa lama blog ini gak di apdet? Entahlah, yang pasti... Sudah sangat lama.

Gue sampai lupa kalo gue punya blog...

Ngomong-ngomong, apa kabar semuah? Baik kan? Alhamdulillah, gue baik. Sangat baik. Gue bener-bener merasa bersalah dan menyesal. Gue yang selalu ngomel-ngomel kalo ada orang yang punya blog gak ada isinya, cuma numpang di bio twitter. Gue merasa, semua ini sesuatu banget. Gue merasa gak bisa mempertanggung-jawabkan omongan gue. Gue merasa... Gagal menjadi seorang blogger.

*dan genting pun berguguran*

Banyak hal yang terjadi selama gue gak ngeblog. Banyak 'sesuatu yang baru' yang gue alami. Banyak orang-orang baru yang datang, dan banyak orang-orang yang pergi tanpa bisa gue cegah.

Sebelumnya, gue mau minta maaf ya. Karena ini udah masuk bulan Ramadhan. Dan... Sekali lagi gue merasa gagal, karena seminggu lagi lebaran dan gue baru sempat minta maaf. Too bad :(

Ini udah nyaris 1 bulan masuk tahun ajaran baru. Dan, alhamdulillah gue naik kelas dengan nilai yang not-too-bad lah, walaupun gue belom bisa rangking 1 di kelas maupun di sekolah, seenggaknya gue bisa mempertahankan peringkat gue. Peringkat 2 di kelas, peringkat 3 di sekolah.

Dan gue sangat teramat bersyukur :)

Selain itu, gue juga sangat bersyukur karena banyak pelajaran yang bisa gue dapat. Dan... Mungkin itu bakal mendekatkan gue ke sebuah perubahan. Perubahan menuju dewasa. 

Kenapa gue sebut, 'pelajaran'

Ada satu hal *atau mungkin lebih pantas di sebut peristiwa atau unforgettable moment?* yang terjadi di akhir tahun ajaran pas gue berada di kelas 7. Dan dari hal itu, gue dapat banyak pelajaran.

Penghianatan. Dendam. Kekesalan. Kekecewaan. Penyesalan.

Yap. Penghianatan seorang sahabat. Sebenarnya, ada satu draft yang udah gue siapkan dari beberapa minggu lalu. Tentang 'masalah' yang gue hadapi ini. Tapi belum sempat gue selesaikan. *penyakit lama, malas*

Oke, sepertinya gue gak bakal bahas sekarang. Terlalu rumit :) Kita kembali ke topik awal...

Kelas 8 kali ini... Gue agak kecewa. Karena, sekolah gue melakukan sistem acak sesuai peringkat. Yah, ada baik dan buruknya sih. Baiknya... gue tau maksud sekolah pakai sistem ini biar kekuatan antar kelas seimbang. Seimbang dalam arti kekuatan otaknya, gituh-___-

Tapi gue kurang suka--terlebih gue orang yang introver--karena harus berbaur dengan orang baru. Orang yang selama ini cuma gue tau namanya. Orang yang selama ini cuma bisa gue dengar ceritanya dari orang lain. Bahkan, dengan orang yang selama ini gak pernah gue lihat di sekolah--atau memang gue yang gak memperhatikan.

Gue masuk 83. Awalnya gue amat-sangat kecewa. Terlebih lagi teman gue di 71 yang masuk ke 83 cuma 2 orang. 3 ditambah gue. Sekali lagi, gue orangnya susah berbaur... Jadi gak punya banyak teman. Jadi, gue bingung banget, mau ngapain dan sama siapa.

Hari pertama, gue cuma baca novel di kelas. Gue gak tau mau ngobrol apa sama teman sebangku gue yang kebetulan dulu sekelas MOS sama gue. Dan hari pertama juga gue diledekin sama anak-anak cowok gara-gara gak ngomong sama sekali. Gue dikatain 'anak alim' yang kerjaannya cuma bacaaa... melulu. Awalnya, gue diem aja, karena gue tau, mereka bakal tambah senang kalo berhasil mengganggu gue.

Tapi, lama kelamaan gue kesel juga. Jelas, mereka sama sekali gak mikir kalo gue gak pengin di ganggu! Mereka niruin gaya gue kalo lagi baca--sedikit nunduk--sambil nyenggol-nyenggol lengan gue! Karena gue gak tahan, gue pun nengok ke arah 'si enemy' yang ganggu gue itu dengan tatapan yang sangat-amat dingin. Emang kalo gue udah kesel banget, gue bisa jadi orang jahat :)

Seketika itu juga, anak-anak cowok yang lagi asik ketawa, DIAM! Gue sempat natap anak-cowok-si-enemy ini lama. Lama banget sampai akhirnya dia buang muka duluan. Tatapan gue ini, tatapan yang dingin, campur mengejek. Biasanya, kalo gue natap temen cewek gue begitu, gue langsung di cekek dengan alasan gue menyebalkan kalo lagi begitu! My point!

Semenjak itu gak ada lagi yang berani ganggu gue. Tentram-damai-dan-sejahtera. Walaupun gue masih merasa kayak orang bodoh, tapi dengan gak diganggu, gue cukup tenang. Sekarang mereka lebih senang isengin temen sebangku gue. Dan isenginnya itu kebangetan. Dengan cara... menutup kepala si cewek dengan ember, lalu dengan sekuat tenaga mereka menepuk-nepuk bagian bawah ember itu! 

Gue ngeliatnya bener-bener was-was. Takut kalo gue yang bakal jadi sasaran. Tapi... sejauh ini belum ada ember yang nyasar di kepala gue. Hahaha...

Selain ada sistem acak sesuai peringkat tersebut, yang lebih menyedihkan lagi adalah... Adanya mutasi guru! Ini yang paling gue benci :( 

Dulu, wali kelas gue di 71 itu Bu Asna yang juga guru IPS. Nah, gue padahal udah seneng... Banget pas nyatet jadwal kalo IPS gue diajarin Bu Asna. Seenggaknya Bu Asna guru yang paling gue kenal dan paling dekat. Tapi... Semua berubah saat negara apa menyerang ada mutasi guru. Bu Asna dipindah tugaskan ke SMP RSBI 49. Gue bener-bener kesel. Dan... Terlebih lagi, baru-baru ini gue denger kalo guru Seni Budaya gue yang baiknya super bakal dimutasi... JUGA! 

Beberapa hari yang lalu pas pelajaran Seni Budaya, guru gue yang bernama Bu Siti udah cerita, kalo sebenarnya dia juga keberatan sama pemindah-tugasan ini. Selain udah nyaman di sekolah gue, dan dekat dari rumahnya. Gua gak bisa ngebayangin, kalo kelas 8 gue diajarin sama guru gue yang super-galak yang waktu itu ngajar gue di kelas 7. GAK AKAN!!!

Dan, Bu Siti juga udah pamit sama gue dan teman-teman sekelas gue. Dia akhir pertemuan, Bu Siti dan anak-anak kelas gue salam-salaman. Gue sempat dengar kalo Bu Siti udah nolak tawaran mutasi itu. Jadinya Bu Siti 1 tahun lagi di sekolah gue. Dan gue menganggap, "Mungkin salam-salaman karena mau lebaran."

Tapi... Semua keyakinan itu surut pas buku karangan gue dibalikin ke gue. Itu bener-bener bikin shock. Oke, buku karangan itu punya temen gue yang waktu itu di pinjem sama Bu Siti. Tapi... Apa itu awal dari sebuah perpisahan?

Entahlah, yang pasti, sekarang gue bingung sekaligus kecewa merangkap kesal dan sedih.___.

Pas awal-awal masuk, gue sempat ketemu Bu Asna. Gue pun nanya ke Bu Asna, "Bu, emangnya Ibu mau pindah ya? Ke SMP 49?"

Bu Asna cuma ketawa, giginya yang dipagarin (baca: behel) keliatan. Setelah itu, dia menutup mulutnya, masih ketawa. Gue heran.

"Emangnya, kenapa?" tanya Bu Asna, masih sambil ketawa, walaupun pelan.

"Yah..." Gue cuma bisa ngerespon itu. Gak tau mau jawab apa.

"Kalau kita mau maju, kita harus mau pindah ke tempat yang lebih baik." setelah ngomong begitu, Bu Asna senyum, lalu pergi. Dan gue baru sadar, kalo itu pertemuan terakhir gue sebelum Bu Asna benar-benar gak kelihatan di sekolah lagi.

Dan, sampai sekarang gue terus ingat sama kata-kata terakhir Bu Asna itu. Kalau kita mau maju, kita harus mau pindah ke tempat yang lebih baik. Gue setuju. Walaupun kita gak suka, mau atau tidak kita tetap pindah. Harus. Kapan pun itu. Karena semua udah diatur sama yang di atas. Bagaimana pun kita menghindar, pasti ada suatu cara yang sudah disiapkan, sehingga kita tetap pindah. Mungkin, bagi kita itu bukanlah tempat yang baik. Tapi... Bagi Allah? Mungkin itu yang terbaik. Dan mungkin dengan cara itu juga kita bisa maju. Dan itu juga yang bikin gue semakin lama, mulai rela pisah sama 71.

Oh ya, Nabi Muhammad juga hijrah dari Mekkah ke Madinah kan? Jadi, bagi siapa pun yang mau maju, lupakan masa lalu. Tataplah masa depan. Move on! Berhijrahlah dari hati yang satu, ke hati yang lain. Dan menetaplah jika kalian sudah menemukan hati yang pas!

Dan ya... Gue cuma bisa berharap, semoga di kelas baru gue bisa banyak belajar. Dan berubah, untuk jadi orang yang lebih baik. Dan ini juga yang gue maksud, banyak orang-orang baru yang datang, dan banyak orang-orang yang pergi tanpa bisa gue cegah. Tapi... Tanpa sebuah perpisahan, mana mungkin ada pertemuan, kan?



Wassalam dan Selamat malam!  :)