Sabtu, 18 Agustus 2012

Selamat Hari raya Idul Fitri!


Aku. 6 tahun yang lalu. Duduk bersimpuh dengan gaun putihku. Termangu menatap wajah pucat yang sedang terbaring kaku di hadapanku. Meneliti setiap lekuk dan kerut yang ada di wajahmu dengan tajam, seolah pandanganku dapat menusuk wajahmu dan mengoyaknya tanpa ampun.

Kau, dengan senyum tipis yang tampak sangat rapuh. Seakan hembusan lembut nafasku dapat meruntuhkan senyum tulusmu itu sekejap mata. Kerutan di keningmu, yang selalu menegang setiap kali kau memarahiku karena aku sering kabur untuk bermain hujan, tampak merenggang. Jari jemariku yang sedari tadi asik memilin pita di gaunku, mengelus pipimu yang kini kulitnya lembek, akibat kerutasn yang timbul seiring bertambahnya usia. Hawa dingin menggelitik telapak tanganku. Aku bergidik.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan yang penuh dengan lantunan bacaan ayat-ayat suci yang menggema memenuhi gendang telingaku. Beberapa saudaraku tampak menangis tersedu-sedu. Mata mereka memerah, kantung matanya membengkak, dan wajahnya tampak layu. Begitu juga dengan kedua orang tuaku. Walaupun mereka hanya sesekali menitikkan air mata, namun aku dapat melihat jelas kesedihan yang mendalam dari wajah mereka.

Aku mengalihkan pandanganku kembali. Menatap lurus-lurus ke kedua matamu. Seolah meminta keterangan, padahal dengan jelas aku melihat kedua kelopak matamu terpejam begitu erat seolah tak ingin membuka. Tak ada satu patah kata pun yang terucap. Pertanyaan yang sedari tadi ingin kuucapkan pun kini enggak meluncur keluar dari mulutku. Ia hanya mampu menyeruak dalam hatiku. Memenuhi dinding hatiku, memacu agar jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Keringat membasahi telapak tanganku yang sejak tadi ku kepalkan. Mendadak kepalaku berat, pandanganku kabur, dan tidak lagi kurasakan tubuhku tegap dengan sempurna.

Aku rubuh.

Dengan sekuat tenaga, kuusahakan mengucapkan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah jelas aku tahu apa jawabnya.

"Apa yang terjadi?"

Dan mataku terpejam, seolah mengiringi kepergianmu ke surga.

***

Bahagiaku, sederhana. Sesederhana saat kau mendekap tubuh mungilku erat setiap kali aku datang mengunjungi rumahmu. Sesederahan saat kau melarangku membeli permen karet, dengan alasan bahwa aku masih kecil. Sesederhana saat kau memanggilku dengan sebutan "Si gadis lincah" karena sifatku yang over aktif sehingga susah untuk diam.

Ingatkah kau, saat kita tidur di bawah hitamnya awan malam dan di tonton oleh jutaan bintang? Saat mata kita tak dapat tepejam, di hantui dengan rasa takut akibat gempa kuat yang baru saja melanda. Saat itu, hanya sepi yang menemani kita. Binatang malam pun enggan mengganggu keheningan malam itu.

Saat itu, yang terpikirkan olehku, seorang gadis berumur 7 tahun, bagaimana jika aku kehilanganu? Bagaimana jika malam ini menjadi pertemuan terakhir kita? Jika iya, apakah bisa malam ini menjadi malam yang sangat panjang? 

Dan, keesokan harinya, aku sangat bersyukur saat melihat senyumanmu mengiringi bangun pagiku. Dan seketika itu juga, seluruh ketakutan yang berkecamuk dalam otakku dapat menguap tak berbekas.

Namun, begitu hebatnya kepergianmu dapat menghapuskan kata bahagia dalam hidupku seketika itu juga. Entah apa saat itu yang kupikirkan, tapi aku sangat tidak mengerti apa yang terjadi. Aku berpikir, saat itu kau sedang tertidur dengan pulas tanpa menghiraukan panggilanku. Aku berpikir, bahwa esok pagi aku dapat kembali melihat senyum hangatmu itu. Tapi.... di usiaku yang 13 tahun saat ini, aku mengerti. Aku mengerti bahwa saat itu adalah pertemuan kita yang terakhir. Aku mengerti bahwa saat itu, kau akan pergi meninggalkanku, meninggalkan dunia, meninggalkan semuanya.

Dan, kini aku mengerti, bahwa kematian merupakan hal yang pasti. Dan kehilanganmu merupakan hal yang akan terjadi. Dan hal itu terjadi... 6 hari setelah kita bertemu, merayakan hari lebaran yang merupakan hari saat kita kembali menjadi suci. Saat kita saling bermaaf-maafan, saat kebersamaan begitu kental terasa.

Saat itu, aku belum mengerti apa-apa. Jadi, tidak ada yang dapat kuucapkan saat itu. Dan, ku putuskan untuk mengatakannya sekarang... Walaupun terlambat, daripada tidak...

Terimakasih, atas kasih sayang yang tulus kau berikan kepadaku.
Terimakasih, atas seluruh waktu yang kau berikan untuk bermain bersamaku.
Terimakasih, karena kau sempat hadir dalam hidupku.

Hari itu, 1 September 2006. Pertemuan terakhir kita...

Untuk seseorang yang sangat ku sayangi, 
Untuk seseorang yang senang memanggilku dengan sebuatan "Si gadis lincah"...

Nenekku, Alm. Hj. Nurma

Terimakasih atas segalanya...

***

Assalamu'alaikum...

Karena hari ini merupakan hari terakhir puasa, aku cuma mau mengucapkan

Minal Aidin Wal Faidzin, Selamat hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1433 H! Mohon Maaf lahir dan batin!!!  Maaf untuk semua kesalahanku, baik yang di sengaja ataupun tidak.

Btw, yang di atas merupakan kisah semi nyata. Soalnya aku juga agak lupa kenangan aku dengan nenekku.  Mungkin... Cuma khayalanku. Just share, aku ingat karena ini udah mau lebaran.

Yang mudik, hati-hati ya! Jangan lupa bawa hatinya. Hati yang kosong siapa tahu bisa terisi di perjalanan mudik. Just sayin aja sih... Tapi jangan sembarangan! Jangan coba-coba! Karena, untuk anak GAK BOLEH COBA-COBA!



Wassalam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar