Senin, 19 Desember 2011

Tentang Mengedit dari Raditya Dika

Assalamu'alaikum...!!!

Malam!!! Cuma sekedar iseng aja nih. Mau bagi-bagi ilmu dari blognya Bang Raditya Dika. Oh ya, pasti tau bang Raditya Dika kan? Penulis komedi itu loh... kalo mau liat mukanya, ini nih:





Tampak belakang

Tampak Depan

Tampak Alay

Tampak kecil

 Tampak Mendingan


Udah ya liat-liat fotonya. Nah, bang Dika ini punya blog. Kalo mau liat klik disini aja. Jadi, di blognya itu ada tips-tips mengedit naskah. Ini di copy dari blognya Bang Raditya dika di postingan yang ini




Here we go:


1. Kasih jarak dulu
Sebelum mengedit tulisan kamu, simpen dulu tulisan tersebut minimal satu minggu. Begitu kamu selesai menulis draft 1, jalan-jalan dulu, lupakan tentang naskah kamu. Baru, setelah seminggu, kembali ke naskah kamu. Dengan memberikan waktu/jarak seperti ini, pasti mata kamu dalam membaca naskah kamu akan lebih fresh. Mata kamu akan menjadi mata seorang pembaca yang bisa melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak terlihat sewaktu menulis dulu.




2. Lebih padat lagi
Bagi gue, mengedit lebih berarti memotong, atau merampingkan. Gue akan lihat kalimat-kalimat yang bisa dibuat lebih "padet". Gue akan coba menggunakan kata yang lebih sedikit  untuk tujuan yang sama. Misalnya, di naskah ada tulisan: "Gue sama sekali enggak tahu apa gue harus ke sana atau tidak". Kalimat ini akan gue buat lebih padet dengan menulisnya seperti ini aja: "Gue bingung ke sana apa enggak". Kalimat dengan jumlah kata yang sedikit seperti ini membuat tulisan kita tidak terasa "sesak" dan "ramai".




3.Kurangi kalimat pasif
Gue pasti sebisa mungkin menggunakan kalimat aktif. Setiap kali gue nemu kalimat pasif, pasti gue ubah menjadi aktif. Seperti misalnya: "Ketimun itu diambil Edgar" akan gue ganti menjadi "Edgar mengambil ketimun". Penulisan kalimat dalam bentuk aktif akan membuat pembaca bisa membayangkan kalimat tersebut dengan lebih visual. Kalimat aktif juga membuat pembaca merasa tulisannya bergerak maju, dan orang-orang ditulisan tersebut terasa melakukan kegiatan.




4. Speaker attribution
Speaker attribution berarti frase yang menandakan siapa yang berbicara dalam kalimat langsung. Misalnya "kata Edgar", atau "kata gue", atau "kata nyokap". Biasanya dalam mengedit gue akan membuat dialog menjadi lebih enak divisualkan dengan mengganti/mencampurkan speaker attribution dengan sebuah kegiatan. Misalnya:
"Gar, di buku Marmut Merah Jambu ada cerita tentang kamu ya!" seru gue.
"Sudah cukup, Bang! Aku udah gak mau lagi ditulis di buku Abang," kata Edgar.
"Tapi Gar, kalo abang kasih sepuluh ribu perak mau?" tanya gue.
"Mau, Bang! Mau!" kata Edgar.


Gue edit menjadi lebih visual dan tidak membosankan menjadi:
"Gar, di buku Marmut Merah Jambu ada cerita tentang kamu ya!" seru gue.
"Cukup, bang!" Edgar menggelengkan kepalanya. "Aku udah gak mau lagi ditulis di buku Abang!"
Gue mengeluarkan dompet, "Tapi, Gar... Kalo abang kasih sepuluh ribu perak mau?"
"Mau Bang! Mau!"
Harga diri Edgar ternyata lebih murah daripada gue kira.




4. Cek typo
Selalu cek dan re-check tulisan kamu sudah bebas kesalahan ketik. Tidak ada yang lebih nyebelin buat editor penerbit baca selain naskah yang banyak salah ketik.




5. KISS = Keep It Simple, Stupid!
Gue adalah tipe penulis yang selalu menghindari penggunaan kata yang terlalu berat. Kalau gue nemuin kata seperti ini dalam buku gue: "Dia harus lebih konsisten dalam mangaktualisasikan idenya." biasanya gue akan ganti menjadi "Dia harus lebih sering mewujudkan idenya". Kata-kata dalam Bahasa Inggris yang keluar pas lagi nulis draft pertama seperti "gesture" gue pasti rubah menjadi "sikap". Sebisa mungkin gue menulis dengan istilah yang lebih banyak orang tahu. Semakin simpel, semakin baik. Menulis bukan memberitahu kamu pintar dan ngerti banyak kata-kata aneh, tapi untuk mengkomunikasi cerita kamu secara efektif kepada pembaca.




6. Struktur dulu, baru komedi
Karena gue adalah penulis komedi, sewaktu menulis gue berusaha untuk tertawa pada jokes gue. Kalau gue ketawa, berarti jokesnya berhasil, paling enggak buat gue. Kalau lagi editing, gue emang jarang ketawa sama jokes yang gue buat sebelumnya (karena udah tahu apa jokesnya). Tapi, biasanya gue akan selalu mencari celah untuk memasukan komedi ke dalam tulisan gue sembari gue mengedit.
Buat kamu yang mau menulis komedi, jangan takut kalau dalam draft pertama tulisan kamu belum lucu. Komedi akan datang sendirinya kalau struktur tulisan kamu sudah rapih dan benar. Konsentrasi dulu dengan cerita yang mau kamu sampaikan, dan komedi bisa ditambah/dieksplorasi pada saat rewriting. Hindari penulisan komedi yang malas seperti memasukkan tebak-tebakan, cerita lucu, ini semua harus dihapus pas lagie ngedit tulisan kamu.




7. Hindari hal-hal klise
Gak tahu dengan penulis lain, tapi gue gak terlalu suka dengan penggunaan istilah yang klise seperti "Dia seperti tong kosong nyaring bunyinya", atau "Dia cewek terindah yang pernah gue lihat", atau "Gue cinta sama dia setengah mati". Istilah klise ini selain sudah terlalu sering digunakan, juga tidak memperkaya tulisan kita sendiri. Setiap kali ngedit, gue mencari istilah-istilah klise ini, membuangnya, dan mencari metafor lain yang belum pernah dipakai sebelumnya.




8. Udah kelar? Edit lagi!
Writing is rewriting. Kalau kamu pikir editan kamu udah bagus, kasih jarak seminggu, lalu baca ulang dan edit lagi. Ulangi sampai kamu merasa tulisan kamu sudah benar-benar bagus. Kecuali kalo kamu ditungguin editor dan naskahnya sudah masuk deadline mau terbit kayak gue. Huehehehhe..


Semoga membantu calon-calon penulis yang juga lagi nulis/ ngedit tulisannya.




Muahahahaha.... udah dibaca? Oke, sekian dulu yaa... dan makasih banyak buat Bang Dika yang udah share tips mengedit ala dia. Sekian dan...


Wassalam =)


Sumber postingan: Disini

4 komentar: